Wednesday, June 24, 2009

Hikayat Si Pemuda Pengangguran (1997 - 2003)

Mas Agus - Dihikayatkan pada tahun 1997 - 2000 ada seorang pemuda pengangguran yang hidup dihiruk pikuknya kota Jakarta. Berbondong-bondong orang dari berbagai penjuru propinsi di Indonesia datang mengadu nasib (Nasib kok diadu yah, bukankah sudah ada yang atur...?). Memang pemuda ini lahir dan besar di kota Jakarta, tetapi entah mengapa kehadiraanya justru terkalahkan oleh para pendatang.

Ada yang yang berhasil dan memakai dasi duduk dibelakang meja, sementara pemuda ini melihat entah apa yang dikerjakan sang "berhasil" ini. Pemuda ini termenung dan berandai-andai di dalam dirinya, "Seandainya aku seperti dia, bisa bersekolah tinggi. Aku bisa kerja duduk dibelakang meja dan berdasi, tak perlu rasanya aku menganggur tanpa penghasilan seperti ini. Kala toh ada kerja itupun yang penuh dengan kotoran yang melekat di badan. Mungkinkah sudah tidak ada tempat berkerja yang bersih untuk sebuah ijazah SMA?" Pikirannya semakin berkecamuk, semangatnya membaca hilang sudah. Memang pemuda pengangguran ini adalah seorang kutu buku.

Suatu pagi pemuda pengangguran ini melihat seorang pencopet yang tertangkap basah di sebuah keramaian pasar. Sudah dijamin pasti pencopet ini babak belur dihajar masa. Dia melihat dan menyeringai... "ugh... pasti sakit sekali pencopet itu." Dia melihat badan pencopet itu sudah berlumuran darah, mukanya sudah membengkak dan beberapa luka sudah mulai membiru. Karena tidak tahan melihat pemandangan seperti itu pemuda inipun berlalu.

Sampailah ia pada suatu danau, ia melihat beberapa kegiatan disana. Ada orang yang sedang bermain ski air dengan ditarik sebuah speedboad, "Waahhh... pasti lah ia seorang kaya, sehingga bisa bermain di air seperti itu. Ingin rasanya aku seperti dia". Kemudian ia melangkahkan kakinya menyusuri tepi danau itu, ia bertemu seorang pedagang kail, ia melihat beberapa joran untuk dijual disana. Ingin ia membeli salah satunya, tapi apa daya uangpun tak ada. Ia hanya duduk termenung dibelakang sipenjual kail dekat dengan tepian danau. Penjual kail sibuk sekali melayani pembeli pada saat itu, ditengah kesibukannya itu ia sempat melihat seorang pemuda duduk termenung didekat ia menambatkan jorannya. Ia berkata "pake aja joran saya mas kalau mau mancing. Nanti kalau dapet tarik aja sendiri". Dengan gembira ia berkata "i... iya pak, terima kasih"

Dengan segera ia menyambar joran itu, tak lama kemudian seekor ikan, dua ekor ikan... dan tiga tiga ekor ikan sekaligus menyambar umpan di joran itu. Rupanya sipenjual joran memasang lima umpan sekaligus dijoran itu, tetapi hanya tiga yang disambar ikan. Betapa gembiranya si penganggur ini, ia pun mencari sebuah kantong plastik dengan harapan bisa diisi air untuk bisa membawa pulang ikan-ikan ini dalam keadaan hidup.

Ketika hari sudah sore, ia berkata kepada si penjual kail, "Hari ini dari joran pinjaman bapak, saya bisa mendapatkan sepuluh ekor ikan. Saya ingin sekali kembali memancing ikan disini besok, tetapi saya tidak punya joran. Boleh saya pinjam lagi besok pak?". Setelah si pemilik joran mengatakan boleh, si pemuda pengangguran inipun mengucapkan terima kasih dan berlalu".

Keesokan harinya si pemuda penganggur inipun kembali lagi ke tepi danau dan iapun bertemu dengan penjual kail yang kemarin. Segera terjadi percakapan hangat diantara dua orang ini, seperti layaknya anak dan bapak kedua orang ini. Tak berapa lama akhirnya pemuda pengangguran ini sudah terlihat asyik memancing, ia bersyukur "Terima kasih ya Tuhan, aku sudah punya perkerjaan".

Pada hari keempat pemuda pengangguran ini kembali ke danau seperti biasanya dan dengan wajah yang berseri-seri. Ia pun berkata kepada penjual kail "berapa harga joran yang biasa saya pinjam untuk memancing pak?". Ya... ampun ternyata selama memancing dibelakang si penjual kail, pemuda pengangguran ini benar-benar berkonsentrasi untuk memancing sehingga tidak mendengar transaksi penjualan alat-alat pancing. Penjual kailpun berkata "Kamu sudah punya uang?". "Sudah pak, saya punya uang dari ikan-ikan yang saya pancing disini. Saya jual ikannya di pasar dan sekarang saya sudah punya uang", sahut si pemuda pengangguran. "Oooo... hebat kamu..., ya sudah ambil saja jorannya kalau kamu mau, kumpulkan saja uangnya biar bisa buat beli yang lebih bagus", kata si penjual joran. "Waaahhhh... terima kasih banyak ya pak..., semoga kebaikan bapak menolong saya diterima Allah" sahut si pemuda pengangguran yang sudah tidak banyak menganggur lagi.

Waktu demi waktu, hari demi hari, tidak terasa sudah empat bulan si pemuda pengangguran yang sudah tidak banyak menganggur lagi memancing didanau itu. Badanya sudah hitam legam terbakar oleh teriknya matahari, mungkin banyak juga yang menyangka si pemuda pengangguran yang sudah tidak banyak menganggur lagi berasal dari wilayah timur Indonesia. Tetapi si pemuda pengangguran yang sudah tidak banyak menganggur lagi tidak perduli. Pada suatu hari, ketika ia sedang memancing, ia bertemu dengan seseorang yang wajahnya samar-samar ia kenali. Ia bergumam "bukankah itu pemuda "berhasil" yang kerja di PT. ONO ENTU (sebut sajalah demikian nama PTnya)?", dengan penasaran si pemuda pengangguran yang sudah tidak banyak menganggur lagi bergeming mendekati pemuda yang dikiranya "berhasil" itu. "Nggg.. boleh tanya? Bukankah anda pemuda "berhasil" yang bekerja di PT. ONO ENTU?" tanya si pemuda pengangguran yang sudah tidak banyak menganggur lagi. "Iya... dulu saya bekerja di PT. ONO ENTU, tapi sudah 2 minggu ini saya sudah tidak bekerja lagi. Ada pengurangan karyawan disana...." Ucap pemuda yang tadinya "berhasil". Mereka akhirnya terlihat akrab bercakap-cakap.

Ketika sudah dirumah, pada malam harinya si pemuda pengangguran yang sudah tidak banyak menganggur lagi merasa bahwa Tuhan tidak adil kepadanya. "Mengapa rejekiku hanya berasal dari ikan-ikan didanau itu saja? Bagaimana aku punya uang lebih untuk hidup berkeluarga?, sudah waktunya aku mempunyai kerluarga" Akhirnya si pemuda pengangguran yang sudah tidak banyak menganggur lagi inipun terlelap didalam tidur malamnya.

Menjelang dini hari buta, si pemuda pengangguran yang sudah tidak banyak menganggur lagi pun terbangun. Diluar masih gelap karena memang masih jam 3 pagi. Si pemuda pengangguran yang sudah tidak banyak menganggur lagi inipun hanya bisa duduk termenung dikegelapan pagi, mau pergi memancing hari masih gelap. Akhirnya terbesit apa yang dia pikirkan semalam. Ber"komunikasi"lah ia dengan Allah "Ya Tuhan aku tidak ingin mendahului apa yang telah Engkau rencanakan kepadaku, tetapi apabila Engkau tidak mau memberikan aku rejeki yang halal, maka berikanlah aku rejeki yang haram. Jadikanlah kehendakmu atas diriku, bukakanlah mataku ini dari kegelapan duniawi, supaya aku bisa melihat jalan yang telah Engkau ridlhokan kepadaku."

Kemudian ketika suatu hari si pemuda pengangguran yang sudah tidak banyak menganggur lagi ini sedang memancing di danau itu lagi. Si pemuda pengangguran yang sudah tidak banyak menganggur lagi mendapatkan informasi bahwa ada lowongan disebuah stasiun televisi swasta. Ia pun bergegas pulang, maksud hati hendak mempersiapkan segala macam yang diperlukan untuk melamar pekerjaan itu. Si penjual kail terheran-heran melihat si pemuda pengangguran yang sudah tidak banyak menganggur lagi pergi dengan tergesa-gesa tanpa sempat ia menanyakan apapun.

Keesokan harinya si pemuda pengangguran yang sudah tidak banyak menganggur lagi. Sudah berada di sebuah stasiun televisi swasta, ia diterima sebagai tamu dengan baik sekali. Menunggu di ruangan ber AC membuatnya mengantuk, sampai pada akhirnya gilirannyapun tiba. Si pemuda pengangguran yang sudah tidak banyak menganggur lagi ini pun memasuki ruangan interview dan kemudian ia mengerjakan soal-soal test. Setelah semua selesai iapun diberitahu untuk menunggu hasilnya beberapa hari kemudian. Kemudian si pemuda pengangguran yang sudah tidak banyak menganggur lagi inipun berlalu menuju rumahnya.

Sesampainya di depan pintu gerbang rumahnya, si pemuda pengangguran yang sudah tidak banyak menganggur lagi ini bertemu dengan ayahnya. Sang ayah berkata "tadi temanmu, si Kowe itu datang dia tanya mau gak kamu kerja sama temannya?". Si pemuda pengangguran yang sudah tidak banyak menganggur lagi inipun termenung, ternyata Allah sayang sama umatnya. Beruntunglah aku masih bisa "berdiskusi" dengannya. Melihat anaknya termenung sang ayah berkata lagi "Kalau mau, besok kamu bisa menemui dia, ini alamat kantornya"

Kembali si pemuda pengangguran yang sudah tidak banyak menganggur lagi, ini termenung. "Betapa besarnya kasih sayang Allah kepada umatnya. Aku hanya minta dibukakan mataku saja supaya bisa melihat jalan yang diridlhoiNya... ternyata banyak yang kudapatkan. Tadinya aku hanya melihat peluangku untuk mendapatkan pekerjaan hanya selubang jarum, ternyata Allah telah membukakan mataku selebar-lebarnya. Allah tidak ingin aku terjerumus ke hal-hal yang mengharamkan bahkan menajiskan diriku sebagai manusia".

Singkat cerita si pemuda pengangguran yang sudah tidak banyak menganggur lagi, kini benar-benar sudah bekerja dan tidak menganggur lagi. Ia bekerja dibagian data processing di sebuah perusahaan outsourching untuk security agency. Dua tahun kemudian ia diterima bekerja pada sebuah perusahaan swasta asing yang bergerak dibidang software developer sebagai web programmer. Sampai saat ini si pemuda pengangguran yang sudah tidak menganggur lagi masih bekerja di perusahaan swasta asing itu, bahkan saat ini si pemuda pengangguran yang sudah tidak menganggur lagi cukup bekerja dari rumah. Karena tempatnya bekerja membuat manajemen "Virtual Office" yang dengan kemajuan dunia internet saat ini memungkinkan manusia-manusia yang bertakwa kepada Allah SWT, bekerja dari rumah. Dan saat ini si pemuda pengangguran yang sudah tidak menganggur lagi inipun sudah meninggalkan kota Jakarta yang hingar bingar, membangun sebuah keluarga sederhana dengan dua orang anak yang masih kecil dan lucu di sebuah desa kecil di Karawang, Jawa Barat. Dan tentunya untuk menikmati berkah yang telah diberikan Allah SWT kepadanya.

Terbuktilah sudah firman Allah:

38. Kami berfirman: "Turunlah kamu semuanya dari surga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati." (QS Al Baqarah)

62. Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin[1], siapa saja diantara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah[2], hari kemudian dan beramal saleh[3], mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran kepada mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (QS Al Baqarah)

112. (Tidak demikian) bahkan barangsiapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang ia berbuat kebajikan, maka baginya pahala pada sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (QS Al Baqarah)

137. Maka jika mereka beriman kepada apa yang kamu telah beriman kepadanya, sungguh mereka telah mendapat petunjuk; dan jika mereka berpaling, sesungguhnya mereka berada dalam permusuhan (dengan kamu). Maka Allah akan memelihara kamu dari mereka. Dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

214. Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.

Ket:
[1] Shabiin ialah orang-orang yang mengikuti syari'at Nabi-nabi zaman dahulu atau orang-orang yang menyembah bintang atau dewa-dewa.
[2] Orang-orang mukmin begitu pula orang Yahudi, Nasrani dan Shabiin yang beriman kepada Allah termasuk iman kepada Muhammad s.a.w., percaya kepada hari akhirat dan mengerjakan amalan yang saleh, mereka mendapat pahala dari Allah.
[3]. Ialah perbuatan yang baik yang diperintahkan oleh agama Islam, baik yang berhubungan dengan agama atau tidak.

Tuesday, June 16, 2009

Hak Siapa “Menghalalkan dan Mengharamkan” ?

Mas Agus - Tulisan berikut adalah tulisan seorang teman saya di Kompasiana.com, dengan seijinnya saya mengkopinya, dengan harapan banyak pencerahan yang didapat bangsa ini. Tanpa mengurangi isi apalagi mengeditnya, karena memang tulisan berikut sudah diterbitkan di http://public.kompasiana.com/2009/06/15/hak-siapa-menghalalkan-dan-mengharamkan.

Oleh Djawara Putra Petir - 15 Juni 2009 - Dibaca 543 Kali -
Benar katakan benar, salah katakan salah, orang mencari kebenaran Illahi jangan dibohongi

ALLAH BERFIRMAN.

——Barang siapa yang mengerjakan kebajikan seberat zarrohpun (atum), niscaya Allah akan membalasnya dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat zahrrohpun (atum), niscaya Allah juga akan membalasnya. (QS. 98 - Az Zilzal 7/8).

ALLAH BERFIRMAN.

Mereka yang kalian puja-puja disamping Allah itu tidaklah sanggup untuk menolong kalian, bahkan tidak mampu menolong dirinya sendiri. (QS.7 - Al Aa’raaf 197)

ALLAH BERFIRMAN.

Takutlah kamu akan hari akherat, dimana tidak seorangpun yang dapat memikul dosa orang lain sedikitpun, dan tidak diterima pembelaan dan tebusan dari siapapun, disamping mereka tidak mendapat pertolongan sama sekali. (QS. 2 - Al Baqarah - 48).

ALLAH BERFIRMAN.

Telah cukup sempurna Firman Tuhanmu, penuh berisi kebenaran dan keadilan. Tidak seorangpun yang boleh merubah kalimat Firman-FirmanNya. Dia Maha mendengar dan Maha Mengetahui. (QS. 6 - Al An’aam 115).

ALLAH BERFIRMAN.

Sampaikan apa-apa yang telah di Wahyukan kepadamu dari kitab-kitab Tuhanmu. Siapapun tidak boleh merubah kalimat-kalimat Firman Allah dan engkau tidak akan mendapat tempat berlindung selain Allah. ( QS. 18 - Al Kahfi 27).

ALLAH BERFIRMAN.

Hai orang-orang beriman ! janganlah kamu mengharamkan sesuatu, baik yang merangsang selera maupun kepuasan yang telah Allah halalkan untukmu, namun janganlah kamu melampaui batas sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. ( QS. 5 - Al Maidah 87).

—–Fir’aun dimasukkan dalam golongan orang-orang kafir karena disebabkan oleh perbuatan dusta mereka—demikian juga Iblis.

—-Kaumnya Nabi-Nabi dan Rasul-Rasul, hampir semuanya dimusnahkan dengan cara yang sangat mengerikan dan dimasukkan dalam golongan orang-orang kafir, karena mereka lebih mentaati perintah/ucapan pemuka-pemuka agamanya yang dusta dari pada dengan Firman Allah.

—-Kini keadaan itu terulang kembali pada masa kehidupan orang Islam saat ini, banyak orang Islam lebih mentaati ucapan/perintah Imam, Ulama & Umara’ dan tokoh-tokoh Islam dari pada dengan Firmannya Allah.

Karena itu pahamilah arti dan makna Al Qur’an—jangan menambah atau mengurangi apa-apa yang diharamkan atau apa-apa yang dihalalkan Allah, apa-apa yang diperintah dan apa-apa yang dilarangNya agar tidak menjadi orang kafir penghuni neraka abadi (demi kesempurnaan pengetahuan agama kita sendiri)

—-Tiada seorangpun didunia ini yang boleh menghalalkan apa-apa yang diharamkan Allah dan tiada seorangpun yang boleh mengharamkan apa-apa yang telah dihalalkan Allah.

MENGHARAMKAN DILUAR AL QUR’AN DIGOLONGKAN KAFIR

(Baca QS. 5 - Al Maidah 44)

Bahkan Muhammad SAW. pun ditegur Allah ketika ia mengharamkan apa yang dihalakanNya.

—–1. Ketika Muhammad SAW. mengharamkan madu.

ALLAH BERFIRMAN ;

Hai Nabi mengapa kamu mengharamkan apa yang telah dihalalkan bagimu, karena hendak mencari kesenangan hati istri-istrimu ? …………………… (QS. 66 - At Tahrim 1).

—–2. Ketika Muhammad SAW. memohonkan pengampunan pamannya Abdul Thalib yang menolak ajakan Muhammad SAW. untuk mengucapkan Dua Kalimah Sahadat dan ketika meninggalnya dimohonkan pengampunanNya oleh Muhammad SAW, maka turunlah FirmanNya.(baca Baraa-ah - At Taubah-113).

—–3. Terhadap para tawanan perang terdapat dua pendapat, pendapat pertama dari Umar ibnul Khaththab, menghendaki semua tawanan dibunuh, pendapat kedua dari Abu Bakar, menghendaki agar mereka membayar fidyah, dan Muhammad SAW. menyetujui pendapat kedua dari Abu Bakar, tetapi kemudian turun Wahyu dari Allah yang mencela keputusan Muhammad SAW. dan menurunkan Firmannya ( baca QS. 8 - Al Anfal 67).

Untuk itu perlu dipertanyakan atau dipikir secara jernih yang tidak harus disertai emosional, keadaan-keadaan perkembangan Islam akhir-akhir ini, atas hal-hal sebagai berikut.

—–Benarkah Ulama & Umara’, tokoh-tokoh Islam atau MUI mempunyai hak untuk menghalalkan atau mengharamkan sesuatu di luar ketentuan Allah, sedangkan Muhammad SAW sendiri dilarang ?.

—–Benarkah Ulama & Umara’, tokoh-tokoh Islam mempunyai hak untuk melarang dan memerintah dengan mengatas namakan Allah atau Wahyu Illahi, diluar ketentuan-ketentuan Allah ?.

Semuanya terserah anda pembaca—-setelah membaca Firman-Firman Allah tersebut diatas, dan masih banyak lagi Firman-Firman Allah yang senada——

Semoga kita semua memperoleh HidayahNya. Amin….

Sunday, June 14, 2009

Indonesia: Etimologi dan Budaya (Belajar menelaah kembali PANCASILA)

Mas Agus - Sebenarnya tulisan ini sudah pernah diposting di http://public.kompasiana.com/2009/07/31/indonesia-etimologi-dan-budaya-belajar-menelaah-kembali-pancasila-3/, tetapi saya kembali memposting tulisan ini didalam blog pribadi saya, dengan harapan lebih banyak orang yang mengetahui tentang idiologi kita Pancasila.

Negara ini bernama Indonesia, begitulah jawabannya apabila ada orang asing tersesat dan menanyakan kepada penduduk. Terlepas dari mereka bisa membaca atau tidak, bisa berhitung atau tidak, rakyat jelata atau kaum intelek . Kesimpulannya, setiap manusia yang tinggal di negara ini tahu bahwa negara ini bernama Indonesia.
Tetapi ketika seseorang bertanya apakah arti Indonesia?, siapa yang memberi nama negara ini Indonesia? Saya yakin mulai dari anak kecil sampai orang tua banyak yang lupa atau bahkan tidak mengetahuinya. Ironis memang, kita lahir, tinggal, mencari rejeki, beranak pinak atau mungkin merusak alamnya, tetapi kita tidak mengetahui apa dan bagaimana Indonesia ini. Kalau saya menanyakan kepada mereka mengapa tidak tahu, mereka menjawab “Jangankan memikirkan asal-usul Indonesia, kita mencari rejeki untuk makan tiap hari saja susahnya minta ampun…”, jawaban yang tidak mengada-ada buat saya. Sayapun demikian sudah banyak pelajaran sejarah Indonesia yang saya terima waktu disekolah dulu dan saat ini hanya tinggal bayang-bayang kelabu, yang kian hari kian memudar. Tetapi itulah tantangan untuk saya sebagai orang tua 2 anak, saya harus tetap mengingat sejarah akan bangsa ini. Supaya ketika suatu hari nanti anak-anak saya bertanya tentang Indonesia saya bisa memberikan cerita yang ilmiah kepada mereka. Supaya mereka tidak usah jauh-jauh bersekolah keluar negeri hanya untuk mengetahui asal-muasal negaranya.

Memang Indonesia ini unik dengan segala isinya. Didalam Wikipedia saya mendapatkan kata “Indonesia” berasal dari kata dalam bahasa Latin yaitu Indus yang berarti “India” dan kata dalam bahasa Yunani nesos yang berarti “pulau”. Jadi, kata Indonesia berarti wilayah India kepulauan, atau kepulauan yang berada di India, yang menunjukkan bahwa nama ini terbentuk jauh sebelum Indonesia menjadi negara berdaulat. Pada tahun 1850, George Earl, seorang etnolog berkebangsaan Inggris, awalnya mengusulkan istilah Indunesia dan Malayunesia untuk penduduk “Kepulauan India atau Kepulauan Melayu”. Murid dari Earl, James Richardson Logan, menggunakan kata Indonesia sebagai sinonim dari Kepulauan India. Namun, penulisan akademik Belanda di media Hindia Belanda tidak menggunakan kata Indonesia, tetapi istilah Kepulauan Melayu (Maleische Archipel); Hindia Timur Belanda (Nederlandsch Oost Indië), atau Hindia (Indië); Timur (de Oost); dan bahkan Insulinde (istilah ini diperkenalkan tahun 1860 oleh novel Max Havelaar (1859), ditulis oleh Multatuli, mengenai kritik terhadap kolonialisme Belanda).

Sejak tahun 1900, nama Indonesia menjadi lebih umum pada lingkaran akademik diluar Belanda, dan golongan nasionalis Indonesia menggunakannya untuk ekspresi politik. Adolf Bastian dari Universitas Berlin mempopulerkan nama ini melalui buku Indonesien oder die Inseln des Malayischen Archipels, 1884-1894. Pelajar Indonesia pertama yang menggunakannya ialah Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara), yaitu ketika ia mendirikan kantor berita di Belanda yang bernama Indonesisch Pers-bureau di tahun 1913. Informasi lengkap lihat di http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_nama_Indonesia

Indonesia memiliki sekitar 300 kelompok etnis, tiap etnis memiliki budaya yang berkembang selama berabad-abad, dipengaruhi oleh kebudayaan India, Arab, Cina, dan Eropa, termasuklah kebudayaan sendiri yaitu Melayu. Contohnya tarian Jawa dan Bali tradisional memiliki aspek budaya dan mitologi Hindu, seperti wayang kulit yang menampilkan kisah-kisah tentang kejadian mitologis Hindu Ramayana dan Baratayuda. Banyak juga seni tari yang berisikan nilai-nilai Islam. Beberapa di antaranya dapat ditemukan di daerah Sumatra seperti tari Ratéb Meuseukat dan tari Seudati dari Nanggroe Aceh Darussalam.

Seni pantun, gurindam, dan sebagainya dari pelbagai daerah seperti pantun Melayu, dan pantun-pantun lainnya acapkali dipergunakan dalam acara-acara tertentu yaitu perhelatan, pentas seni, dan lain-lain.

Di bidang busana warisan budaya yang terkenal di seluruh dunia adalah kerajinan batik. Beberapa daerah yang terkenal akan industri batik meliputi Yogyakarta, Surakarta, Cirebon, Pandeglang, Garut, Tasikmalaya dan juga Pekalongan. Kerajinan batik ini pun diklaim oleh Malaysia dengan industri batiknya. Busana asli Indonesia dari Sabang sampai Merauke lainnya dapat dikenali dari ciri-cirinya yang dikenakan di setiap daerah antara lain baju kurung dengan songketnya dari Sumatra Barat (Minangkabau), kain ulos dari Sumatra Utara (Batak), busana kebaya, busana khas Dayak di Kalimantan, baju bodo dari Sulawesi Selatan, busana berkoteka dari Papua dan sebagainya.

Pengaruh yang paling dominan dalam arsitektur Indonesia adalah arsitektur India; namun terdapat pula pengaruh dari arsitektur Tiongkok, Arab, dan Eropa.

Setiap provinsi di Indonesia memiliki musik tradisional dengan ciri khasnya tersendiri. Musik tradisional termasuk juga keroncong yang berasal dari keturunan Portugis di daerah Tugu, Jakarta, yang dikenal oleh semua rakyat Indonesia bahkan hingga ke mancanegara. Ada juga musik yang merakyat di Indonesia yang dikenal dengan nama dangdut yang dipengaruhi oleh musik Arab, India, dan Melayu.

Wilayah Indonesia memiliki keanekaragaman mahluk hidup yang tinggi sehingga oleh beberapa pihak wilayah ekologi Indonesia disebut dengan istilah “Mega biodiversity” atau “keanekaragaman mahluk hidup yang tinggi” umumnya dikenal sebagai Indomalaya atau Malesia bedasarkan penelitian bahwa 10 persen tumbuhan, 12 persen mamalia, 16 persen reptil, 17 persen burung, 25 persen ikan yang ada di dunia hidup di Indonesia, padahal luas Indonesia hanya 1,3 % dari luas Bumi. Kalo dirangking, kekayaan mahluk hidup Indonesia ranking ke-3 setelah Brasil dan Zaire. Untuk lebih lengkapnya lihat di http://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia

Saya jadi ingin bertanya lagi, dengan demikian pluralnya Indonesia ini sehingga kita disebut “Mega biodiversity” oleh beberapa kalangan, apakah ada bangsa ini menyadarinya?

Sebagai seorang nasionalis, saya bangga, mengacungkan kedua ibu jari saya kepada “The Founding Father” Indonesia ini. Mereka ini yang dengan begitu arif dan bijaksana memikirkan alat untuk mempersatukan bangsa Indonesia dari keberagaman, kompleksitas, dan pluralitas. Lahirlah PANCASILA pada tanggal 1 Juni 1945. Saya bisa memahami mengapa PANCASILA bisa menjadi alat pemersatu bangsa yang sedemikian pluralnya. Karena didalam sila-sila yang terdapat didalamnya tidak ada satupun yang menjadi dasar kepentingan golongan, suku, ras, dan agama. Semuanya adalah dasar, pondasi yang kokoh yang bisa dipergunakan oleh setiap individu manapun untuk hidup bermasyarakat dan berbangsa di negara ini. PANCASILA adalah satu-satunya ideologi yang dapat mengakomodir keragaman (pluralisme) di Indonesia ini.

Bangsa ini hanya perlu mengeksploitasi pemahaman terhadap sila-sila yang terdapat didalam PANCASILA seluas-luasnya untuk kepentingan negara diatas kepentingan kelompok, suku, ras, bahasa ataupun agama. Didalam Undang-Undang Dasar 45 yang menjadi landasan hukum bagi kehidupan bermasyarakat dan berbangsa di Indonesia menyebutkan bahwa kemerdekaan yang diraih bangsa Indonesia adalah berkat rakhmat Allah dan bukan atas dukungan ataupun pemberian negara atau kelompok manapun.

Anda akan menemukan bagaimana PANCASILA yang didukung UUD’45 sebagai landasan hukum benar-benar mengakui Hak Asasi Manusia, memberikan cara hidup bertoleransi yang benar kepada agama dan kepercayaan orang lain, menghargai eksistensi dan karya orang lain, dan sebagainya.

Akhir-akhir ini hati saya merasa gundah-gulana, galau, marah, semarah-marahnya dan terhina, karena saya terlambat mengetahuinya. Tetapi saya tidak dapat berbuat apa-apa, saya hanya rakyat biasa yang tinggal disebuah desa kecil di daerah Karawang. Bagaimana tidak melihat hasil musyawarah ulama Nomor: 7/MUNAS VII/MUI/II/2005, disana dikatakan bahwa pluralitas dan sekuleritas adalah HARAM bagi agama Islam. Padahal sejak jaman Majapahit ketika Maha Patih Gadjah Mada mengucapkan sumpahnya untuk mempersatukan wilayah Nusa-Antara ini, sudah terjadi pluralitas dan sekuleritas di Indonesia. Singkatnya Indonesia ini terjadi karena adanya pluralitas dan sekuleritas.

Saya bertanya didalam hati “yang bodoh siapa sebenarnya dan mengapa harus diberikan fatwa seperti itu”. Kalau memang mereka tahu bahwa Indonesia ini HARAM karena pluralismenya dan sekuleritasnya, mengapa mereka masih tinggal disini. Saya tahu banyak kasus pencurian dikarenakan oleh alasan ekonomi dan demi mengganjal perut lapar, apakah para ulama seperti mereka. Atau apakah ini Bentuk penjajahan baru yang akan dijalankan di Indonesia? Bagi saya yang nasionalis ini adalah fatwa seperti itu merupakan sebuah pemaksaaan dan pemaksaan fatwa adalah salah satu bentuk penjajahan idiologi kepada bangsa ini. Bahkan para wali yang terkenal dengan Wali Songo tidak pernah mengeluarkan pernyataan yang dapat menyakitkan rakyat Indonesia waktu itu dan bahkan tidak menutup kemungkinan Islam tidak dapat diterima oleh penduduk setempat pada waktu itu.

Sebagai contoh, karena didalam agama Islam babi diharamkan maka saya tidak menyentuhnya apalagi memakannya, tegasnya saya menghindarinya. Mengapa para ulama tidak bisa memberi contoh seperti ini? Bagi saya ini adalah suatu kemunafikan, bagaimana tidak jika seseorang melecehkan orang lain dengan perkataan HARAM (Dosa besar jika dijalankan), tetapi dia masih makan, minum, dan mencari nafkah dirumahnya atau bahkan mencuri. Ini bukanlah bentuk toleransi yang baik bagi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di Indonesia.

Saya tidak tahu apakah ada negara yang apabila kita hendak menjadi warga negaranya tidak perlu mengucapkan sumpah setia untuk mengikuti hukum dan idiologi negara tersebut. Saya rasa tidak ada, termasuk di Indonesia.

Sudah seharusnya pemerintah memberikan ketegasan hukum didalam berkehidupan demokrasi ini, demokrasi adalah kebebasan hak asasi manusia, tetapi apabila demokrasi dijalankan tidak pada koridor hukum yang berlaku demokrasi akan menjadi demokrasi liberal, kasarnya “kebablasan”. Mengapa demikian? Karena hak asasi adalah hak mutlak yang dimiliki oleh seseorang sejak lahir, setiap orang memilikinya dan tidak pandang bulu, mau kaya, miskin, tinggal di kolong jembatan atau di istana. Tetapi harus disadari bahwa hak asasi seseorang juga dibatasi oleh hak asasi orang lain, disinilah diperlukannya koridor hukum yang mengatur penggunaan hak asasi seseorang. Saya yakin tidak akan tercapai kedamaian jika seseorang memaksakan hak asasinya kepada orang lain.

Agama adalah hak asasi manusia yang hakiki dan itu akan dipertanggungjawabkan secara individu pula kepada Allah SWT. Tidak pula ulama bisa mencampuri pertanggungjawaban itu secara fatwa atau musyawarah kelompok.

Kekacauan dan ketidakmakmuran di Indonesia bukanlah disebabkan oleh Idiologi PANCASILA. Itu semua disebabkan oleh satu kata “HUKUM”. Ketidaktaatan kepada hukum menimbulkan banyak kesenjangan, korupsi, pencurian kayu, pengelolaan sumberdaya alam yang tidak sistematis dan tidak sesuai dengan porsinya, KKN, dan lain sebagainya. Jangan pernah berpikir dengan agama yang sama kita bisa hidup damai, di Indonesia ini notabene 85% adalah mayoritas Islam. Pada dasarnya manusia adalah makhluk individu yang dengan akal dan pikirannya hidup bersosialisasi.

Saya merindukan Indonesia yang damai, tentram, dan makmur seperti ketika nenek moyang saya masih hidup. Ketika “tongkat kayu dan batu jadi tanaman”. Saya ingin Indonesia berjaya seperti dulu lagi dengan satu asas PANCASILA dan berlandaskan hukum UUD’45. BHINEKA TUNGGAL IKA.