Terbangun aku
dari tidur, mendengar anakku yang baru berumur 14 bulan tertawa.
Kulihat jam di dinding kamar, sudah jam 6.30 pagi. Masih terasa berat
mata ini, tapi aku harus bangun dan mandi untuk mengantarkan anakku
yang pertama ke sekolahnya, oh... ternyata dia masih tertidur pulas.
Aku keluar kamar menuju ruang keluarga. Disana aku melihat istriku
sedang menyuapi anakku. Kulayangkan pandanganku ke televisi yang sedang
memutar film anak-anak, oh... ternyata ini adalah hari Minggu pantas
saja anakku yang pertama masih tertidur pulas.Secangkir "kupi" telah tersedia disampingku dan tidak lupa lengkap dengan jajanan pasar untuk sarapan pagi. Ku"sruput"... uuueeennnaaakkk tenan...!!!,
segeralah rasa itu berkecamuk dimulut dan dikerongkonganku. Pahit,
manis, gurih, terkadang ada sedikit rasa asam.
Ya, aku memang penggemar "kupi" tetapi aku bukanlah perokok. Tidak ada sejarah penyakit ataupun larangan dokter kepadaku untuk tidak merokok. Karena bagiku merokok hanya akan merusak kesehatan dan segala sesuatu yang merusak nikmat dan rejeki dari Allah adalah HARAM untuk dikonsumsi.Tidak berapa lama bangunlah anakku yang pertama dari tidurnya dan memintaku untuk memindahkan channel televisi kesebuah stasiun yang menyiarkan film anak-anak. Kuberikan saja remote televisi kepadanya, supaya dia bisa sendiri memilih film yang dia sukai. Itulah aku, aku selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik untuk anakku. Aku berharap dia dan adiknya bisa menikmati masa kecilnya dengan bahagia tanpa merasa kekurangan sesuatu apapun. Tentu saja tanpa mengabaikan pendidikan, disiplin, sopan-santun, dan bertoleransi terhadap sesamanya.
Ya, aku memang penggemar "kupi" tetapi aku bukanlah perokok. Tidak ada sejarah penyakit ataupun larangan dokter kepadaku untuk tidak merokok. Karena bagiku merokok hanya akan merusak kesehatan dan segala sesuatu yang merusak nikmat dan rejeki dari Allah adalah HARAM untuk dikonsumsi.Tidak berapa lama bangunlah anakku yang pertama dari tidurnya dan memintaku untuk memindahkan channel televisi kesebuah stasiun yang menyiarkan film anak-anak. Kuberikan saja remote televisi kepadanya, supaya dia bisa sendiri memilih film yang dia sukai. Itulah aku, aku selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik untuk anakku. Aku berharap dia dan adiknya bisa menikmati masa kecilnya dengan bahagia tanpa merasa kekurangan sesuatu apapun. Tentu saja tanpa mengabaikan pendidikan, disiplin, sopan-santun, dan bertoleransi terhadap sesamanya.
Ya, setelah engkau menikmati indahnya masa kanak-kanakmu kelak engkau
juga akan merasakan "ngupi" secangkir seperti bapakmu ini. Tapi
ingatlah pesan bapakmu ini, belilah "kupi"mu dengan uang hasil
keringatmu sendiri, jangan membuat susah orang lain, supaya rasa "kupi"
mu yang pahit tetap nikmat dan tidak membuat hidupmu pahit, tambahkan
sedikit gula dan jangan terlalu banyak, supaya engkau tidak terjebak
didalam manisnya kehidupan yang fana ini. Jika engkau memiliki uang
lebih bolehlah tambahkan susu kedalam "kupi"mu, supaya engkau tetap
mendapatkan gizi yang berguna didalam "kupi"mu dan bermanfaat bagi
orang lain.
Tontonlah acara telivisi yang berguna dan menghiburmu, semangatlah
belajar, manfaatkan waktumu sebaik mungkin, pandai-pandailah bermain
dengan teman-temanmu. Karena itu semua akan membuat kailmu menjadi kuat
dan engkau akan mendapatkan ikanmu sendiri di kemudian hari.
*** Artikel ini sudah pernah dipublikasikan pada KOMPASIANA, 31/01/2010 11:31
No comments:
Post a Comment