Wednesday, June 24, 2009

Hikayat Si Pemuda Pengangguran (1997 - 2003)

Mas Agus - Dihikayatkan pada tahun 1997 - 2000 ada seorang pemuda pengangguran yang hidup dihiruk pikuknya kota Jakarta. Berbondong-bondong orang dari berbagai penjuru propinsi di Indonesia datang mengadu nasib (Nasib kok diadu yah, bukankah sudah ada yang atur...?). Memang pemuda ini lahir dan besar di kota Jakarta, tetapi entah mengapa kehadiraanya justru terkalahkan oleh para pendatang.

Ada yang yang berhasil dan memakai dasi duduk dibelakang meja, sementara pemuda ini melihat entah apa yang dikerjakan sang "berhasil" ini. Pemuda ini termenung dan berandai-andai di dalam dirinya, "Seandainya aku seperti dia, bisa bersekolah tinggi. Aku bisa kerja duduk dibelakang meja dan berdasi, tak perlu rasanya aku menganggur tanpa penghasilan seperti ini. Kala toh ada kerja itupun yang penuh dengan kotoran yang melekat di badan. Mungkinkah sudah tidak ada tempat berkerja yang bersih untuk sebuah ijazah SMA?" Pikirannya semakin berkecamuk, semangatnya membaca hilang sudah. Memang pemuda pengangguran ini adalah seorang kutu buku.

Suatu pagi pemuda pengangguran ini melihat seorang pencopet yang tertangkap basah di sebuah keramaian pasar. Sudah dijamin pasti pencopet ini babak belur dihajar masa. Dia melihat dan menyeringai... "ugh... pasti sakit sekali pencopet itu." Dia melihat badan pencopet itu sudah berlumuran darah, mukanya sudah membengkak dan beberapa luka sudah mulai membiru. Karena tidak tahan melihat pemandangan seperti itu pemuda inipun berlalu.

Sampailah ia pada suatu danau, ia melihat beberapa kegiatan disana. Ada orang yang sedang bermain ski air dengan ditarik sebuah speedboad, "Waahhh... pasti lah ia seorang kaya, sehingga bisa bermain di air seperti itu. Ingin rasanya aku seperti dia". Kemudian ia melangkahkan kakinya menyusuri tepi danau itu, ia bertemu seorang pedagang kail, ia melihat beberapa joran untuk dijual disana. Ingin ia membeli salah satunya, tapi apa daya uangpun tak ada. Ia hanya duduk termenung dibelakang sipenjual kail dekat dengan tepian danau. Penjual kail sibuk sekali melayani pembeli pada saat itu, ditengah kesibukannya itu ia sempat melihat seorang pemuda duduk termenung didekat ia menambatkan jorannya. Ia berkata "pake aja joran saya mas kalau mau mancing. Nanti kalau dapet tarik aja sendiri". Dengan gembira ia berkata "i... iya pak, terima kasih"

Dengan segera ia menyambar joran itu, tak lama kemudian seekor ikan, dua ekor ikan... dan tiga tiga ekor ikan sekaligus menyambar umpan di joran itu. Rupanya sipenjual joran memasang lima umpan sekaligus dijoran itu, tetapi hanya tiga yang disambar ikan. Betapa gembiranya si penganggur ini, ia pun mencari sebuah kantong plastik dengan harapan bisa diisi air untuk bisa membawa pulang ikan-ikan ini dalam keadaan hidup.

Ketika hari sudah sore, ia berkata kepada si penjual kail, "Hari ini dari joran pinjaman bapak, saya bisa mendapatkan sepuluh ekor ikan. Saya ingin sekali kembali memancing ikan disini besok, tetapi saya tidak punya joran. Boleh saya pinjam lagi besok pak?". Setelah si pemilik joran mengatakan boleh, si pemuda pengangguran inipun mengucapkan terima kasih dan berlalu".

Keesokan harinya si pemuda penganggur inipun kembali lagi ke tepi danau dan iapun bertemu dengan penjual kail yang kemarin. Segera terjadi percakapan hangat diantara dua orang ini, seperti layaknya anak dan bapak kedua orang ini. Tak berapa lama akhirnya pemuda pengangguran ini sudah terlihat asyik memancing, ia bersyukur "Terima kasih ya Tuhan, aku sudah punya perkerjaan".

Pada hari keempat pemuda pengangguran ini kembali ke danau seperti biasanya dan dengan wajah yang berseri-seri. Ia pun berkata kepada penjual kail "berapa harga joran yang biasa saya pinjam untuk memancing pak?". Ya... ampun ternyata selama memancing dibelakang si penjual kail, pemuda pengangguran ini benar-benar berkonsentrasi untuk memancing sehingga tidak mendengar transaksi penjualan alat-alat pancing. Penjual kailpun berkata "Kamu sudah punya uang?". "Sudah pak, saya punya uang dari ikan-ikan yang saya pancing disini. Saya jual ikannya di pasar dan sekarang saya sudah punya uang", sahut si pemuda pengangguran. "Oooo... hebat kamu..., ya sudah ambil saja jorannya kalau kamu mau, kumpulkan saja uangnya biar bisa buat beli yang lebih bagus", kata si penjual joran. "Waaahhhh... terima kasih banyak ya pak..., semoga kebaikan bapak menolong saya diterima Allah" sahut si pemuda pengangguran yang sudah tidak banyak menganggur lagi.

Waktu demi waktu, hari demi hari, tidak terasa sudah empat bulan si pemuda pengangguran yang sudah tidak banyak menganggur lagi memancing didanau itu. Badanya sudah hitam legam terbakar oleh teriknya matahari, mungkin banyak juga yang menyangka si pemuda pengangguran yang sudah tidak banyak menganggur lagi berasal dari wilayah timur Indonesia. Tetapi si pemuda pengangguran yang sudah tidak banyak menganggur lagi tidak perduli. Pada suatu hari, ketika ia sedang memancing, ia bertemu dengan seseorang yang wajahnya samar-samar ia kenali. Ia bergumam "bukankah itu pemuda "berhasil" yang kerja di PT. ONO ENTU (sebut sajalah demikian nama PTnya)?", dengan penasaran si pemuda pengangguran yang sudah tidak banyak menganggur lagi bergeming mendekati pemuda yang dikiranya "berhasil" itu. "Nggg.. boleh tanya? Bukankah anda pemuda "berhasil" yang bekerja di PT. ONO ENTU?" tanya si pemuda pengangguran yang sudah tidak banyak menganggur lagi. "Iya... dulu saya bekerja di PT. ONO ENTU, tapi sudah 2 minggu ini saya sudah tidak bekerja lagi. Ada pengurangan karyawan disana...." Ucap pemuda yang tadinya "berhasil". Mereka akhirnya terlihat akrab bercakap-cakap.

Ketika sudah dirumah, pada malam harinya si pemuda pengangguran yang sudah tidak banyak menganggur lagi merasa bahwa Tuhan tidak adil kepadanya. "Mengapa rejekiku hanya berasal dari ikan-ikan didanau itu saja? Bagaimana aku punya uang lebih untuk hidup berkeluarga?, sudah waktunya aku mempunyai kerluarga" Akhirnya si pemuda pengangguran yang sudah tidak banyak menganggur lagi inipun terlelap didalam tidur malamnya.

Menjelang dini hari buta, si pemuda pengangguran yang sudah tidak banyak menganggur lagi pun terbangun. Diluar masih gelap karena memang masih jam 3 pagi. Si pemuda pengangguran yang sudah tidak banyak menganggur lagi inipun hanya bisa duduk termenung dikegelapan pagi, mau pergi memancing hari masih gelap. Akhirnya terbesit apa yang dia pikirkan semalam. Ber"komunikasi"lah ia dengan Allah "Ya Tuhan aku tidak ingin mendahului apa yang telah Engkau rencanakan kepadaku, tetapi apabila Engkau tidak mau memberikan aku rejeki yang halal, maka berikanlah aku rejeki yang haram. Jadikanlah kehendakmu atas diriku, bukakanlah mataku ini dari kegelapan duniawi, supaya aku bisa melihat jalan yang telah Engkau ridlhokan kepadaku."

Kemudian ketika suatu hari si pemuda pengangguran yang sudah tidak banyak menganggur lagi ini sedang memancing di danau itu lagi. Si pemuda pengangguran yang sudah tidak banyak menganggur lagi mendapatkan informasi bahwa ada lowongan disebuah stasiun televisi swasta. Ia pun bergegas pulang, maksud hati hendak mempersiapkan segala macam yang diperlukan untuk melamar pekerjaan itu. Si penjual kail terheran-heran melihat si pemuda pengangguran yang sudah tidak banyak menganggur lagi pergi dengan tergesa-gesa tanpa sempat ia menanyakan apapun.

Keesokan harinya si pemuda pengangguran yang sudah tidak banyak menganggur lagi. Sudah berada di sebuah stasiun televisi swasta, ia diterima sebagai tamu dengan baik sekali. Menunggu di ruangan ber AC membuatnya mengantuk, sampai pada akhirnya gilirannyapun tiba. Si pemuda pengangguran yang sudah tidak banyak menganggur lagi ini pun memasuki ruangan interview dan kemudian ia mengerjakan soal-soal test. Setelah semua selesai iapun diberitahu untuk menunggu hasilnya beberapa hari kemudian. Kemudian si pemuda pengangguran yang sudah tidak banyak menganggur lagi inipun berlalu menuju rumahnya.

Sesampainya di depan pintu gerbang rumahnya, si pemuda pengangguran yang sudah tidak banyak menganggur lagi ini bertemu dengan ayahnya. Sang ayah berkata "tadi temanmu, si Kowe itu datang dia tanya mau gak kamu kerja sama temannya?". Si pemuda pengangguran yang sudah tidak banyak menganggur lagi inipun termenung, ternyata Allah sayang sama umatnya. Beruntunglah aku masih bisa "berdiskusi" dengannya. Melihat anaknya termenung sang ayah berkata lagi "Kalau mau, besok kamu bisa menemui dia, ini alamat kantornya"

Kembali si pemuda pengangguran yang sudah tidak banyak menganggur lagi, ini termenung. "Betapa besarnya kasih sayang Allah kepada umatnya. Aku hanya minta dibukakan mataku saja supaya bisa melihat jalan yang diridlhoiNya... ternyata banyak yang kudapatkan. Tadinya aku hanya melihat peluangku untuk mendapatkan pekerjaan hanya selubang jarum, ternyata Allah telah membukakan mataku selebar-lebarnya. Allah tidak ingin aku terjerumus ke hal-hal yang mengharamkan bahkan menajiskan diriku sebagai manusia".

Singkat cerita si pemuda pengangguran yang sudah tidak banyak menganggur lagi, kini benar-benar sudah bekerja dan tidak menganggur lagi. Ia bekerja dibagian data processing di sebuah perusahaan outsourching untuk security agency. Dua tahun kemudian ia diterima bekerja pada sebuah perusahaan swasta asing yang bergerak dibidang software developer sebagai web programmer. Sampai saat ini si pemuda pengangguran yang sudah tidak menganggur lagi masih bekerja di perusahaan swasta asing itu, bahkan saat ini si pemuda pengangguran yang sudah tidak menganggur lagi cukup bekerja dari rumah. Karena tempatnya bekerja membuat manajemen "Virtual Office" yang dengan kemajuan dunia internet saat ini memungkinkan manusia-manusia yang bertakwa kepada Allah SWT, bekerja dari rumah. Dan saat ini si pemuda pengangguran yang sudah tidak menganggur lagi inipun sudah meninggalkan kota Jakarta yang hingar bingar, membangun sebuah keluarga sederhana dengan dua orang anak yang masih kecil dan lucu di sebuah desa kecil di Karawang, Jawa Barat. Dan tentunya untuk menikmati berkah yang telah diberikan Allah SWT kepadanya.

Terbuktilah sudah firman Allah:

38. Kami berfirman: "Turunlah kamu semuanya dari surga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati." (QS Al Baqarah)

62. Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin[1], siapa saja diantara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah[2], hari kemudian dan beramal saleh[3], mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran kepada mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (QS Al Baqarah)

112. (Tidak demikian) bahkan barangsiapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang ia berbuat kebajikan, maka baginya pahala pada sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (QS Al Baqarah)

137. Maka jika mereka beriman kepada apa yang kamu telah beriman kepadanya, sungguh mereka telah mendapat petunjuk; dan jika mereka berpaling, sesungguhnya mereka berada dalam permusuhan (dengan kamu). Maka Allah akan memelihara kamu dari mereka. Dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

214. Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.

Ket:
[1] Shabiin ialah orang-orang yang mengikuti syari'at Nabi-nabi zaman dahulu atau orang-orang yang menyembah bintang atau dewa-dewa.
[2] Orang-orang mukmin begitu pula orang Yahudi, Nasrani dan Shabiin yang beriman kepada Allah termasuk iman kepada Muhammad s.a.w., percaya kepada hari akhirat dan mengerjakan amalan yang saleh, mereka mendapat pahala dari Allah.
[3]. Ialah perbuatan yang baik yang diperintahkan oleh agama Islam, baik yang berhubungan dengan agama atau tidak.

No comments:

Post a Comment